Jumat, 11 November 2011

Contoh Proposal Singkat Penelitian Eksperimental 
(dimodifikasi dari proposal tesis Mulyadi, 2011, yang berjudul Efektivitas Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ditinjau dari Gaya Belajar Siswa pada Siswa Kelas VIII SMP se Kabupaten Barito Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya yang dimiliki, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Kemajuan akan cepat dicapai bilamana didukung oleh sumber daya alam yang mencukupi dan sumber daya manusia yang berkualitas. Sebaliknya, kemajuan akan terhambat jika faktor sumber daya alam dan/atau sumber daya manusia relatif terbatas. Sumber daya alam merupakan sumber daya pasif, yang keberadaannya sangat tergantung pada kualitas sumber daya manusia yang mengelolanya. Apabila sumber daya manusia memiliki kualitas yang unggul, maka sumber daya alam dapat diolah sedemikian rupa sehingga menyum-bangkan manfaat dan kontribusi yang besar bagi pembangunan manusia seutuhnya. Sumber daya manusia yang berkualitas pada umumnya lahir melalui proses pendidikan yang baik dan dari institusi pendidikan yang bermutu. Kondisi sumber daya manusia yang dipersiapkan melalui pendidikan sebagai generasi penerus juga belum sepenuhnya memuaskan, terutama jika dilihat dari segi akhlak, moral, dan jati diri bangsa dalam kemajemukan budaya bangsa (Syafarudin, 2002 : 19). Dalam pada itu, matematika dikenalkan mulai dari siswa kanak-kanak sampai pada tingkat perguruan tinggi. Hal ini disebabkan karena matematika dapat digunakan secara luas dalam segala bidang kehidupan manusia, seperti dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu, diperlukan suatu upaya pembelajaran yang optimal agar peserta didik dapat menerima matematika dengan baik dan benar. Matematika harus diakui tidak mudah dimengerti oleh banyak siswa, sehingga lebih sering mereka membuat kesalahan, yang berarti mereka lebih sering mendapat hukuman daripada pujian (Marpaung, 2004 : 14). Di sisi lain masih banyak proses pembelajaran di sekolah yang dilaksanakan dengan paradigma “guru mengajar”, siswa diposisikan sebagai objek, dianggap tidak tahu atau belum tahu apa-apa, sementara guru memposisikan diri sebagai yang mempunyai pengetahuan. Guru berceramah dan menggurui, otoritas tertinggi adalah guru. Materi pembelajaran diberikan dalam bentuk jadi. Kecuali itu, guru-guru pada umumnya tidak menggunakan alat peraga yang baik dalam mengajar. Banyak pula sekolah-sekolah yang dalam satu kelasnya berisi terlalu banyak siswa, lebih dari 30 siswa. Mutu pendidikan matematika di Indonesia pada umumnya masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan pelajaran-pelajaran yang lain. Hal ini terlihat dari hasil Ujian Nasional (UN). Demikian juga, hasil UN matapelajaran matematika di Kabupaten Barito Selatan, hampir setiap tahun matematika dianggap sebagai batu sandungan bagi kelulusan siswa. Tahun Pelajaran 2009/2010 di Kabupaten Barito Selatan menunjukkan angka ketidaklulusan mencapai 8,992% (Dinas Pendidikan Provinsi Kalteng), kegagalan UN tersebut banyak disebabkan oleh rendahnya nilai hasil UN matapelajaran matematika yakni rata-rata 6,40 dan 67,46% siswa nilainya kurang dari atau sama dengan 6,99.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
  1. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika disebabkan oleh metode pembelajaran yang dilakukan guru selama ini kurang tepat. Sehubungan dengan hal tersebut, timbul pertanyaan apakah kalau metode pembelajaran yang biasa dilakukan guru diubah menjadi lebih baik, maka prestasi belajar matematika siswa menjadi lebih baik pula. Untuk menjawab hal itu dapat dilakukan penelitian yang membandingkan metode pembelajaran yang inovatif dengan metode yang biasa digunakan guru, yaitu metode ceramah. Dalam konteks ini dapat diteliti pula apakah efektivitas pembandingan metode tersebut tergantung kepada karakteristik siswa. 
  2. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika siswa karena dalam mengajar guru tidak menggunakan alat peraga yang menarik. Dalam konteks ini dapat diteliti pembandingan efektivitas berbagai alat peraga dalam mengajar. Dalam kaitannya dengan hal ini dapat diteliti pula apakah efektivitas pembandingan penggunaan alat peraga tersebut tergantung kepada karakteristik siswa.
  3. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika siswa karena dalam satu kelas terdapat lebih dari 30 siswa, sehingga guru tidak dapat menguasai kelas dengan baik. Pertanyaan yang menarik dalam kaitan dengan ini adalah apakah kalau ukuran kelasnya tidak sebesar itu, maka prestasi siswa akan menjadi lebih baik. Dalam konteks ini dapat diteliti pembandingan efektivitas berbagai ukuran kelas (kecil dan besar). Dalam kaitannya dengan hal ini dapat diteliti pula apakah efektivitas pembandingan ukuran kelas tersebut tergantung kepada karakteristik siswa. Karakteristik siswa yang dimaksud di atas adalah ciri atau sifat khusus yang dimiliki siswa, misalnya gaya belajar siswa, IQ siswa, motivasi berprestasi siswa, kecerdasan majemuk siswa, minat belajar siswa, situasi keluarga siswa, tingkat ekonomi orang tua siswa, pola asuh siswa, atau karakteristik siswa yang lain.
C. Pemilihan Masalah
Pada penelitian ini dipilih masalah yang pertama, yaitu yang berkaitan dengan pembandingan dua metode pembelajaran dan berkaitan dengan efektivitas pembandingan tersebut ditinjau dari karakteristik siswa tertentu. (Seharusnya ada alasan mengapa yang dipilih itu)

D. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut.
  1. Metode yang dibandingkan adalah metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan metode ceramah. (Seharusnya Anda memberikan alasan mengapa yang dipilih dua metode itu. Kecuali itu, perlu diingat bahwa pada S2 Pendidikan Matematika, mahasiswa harus memilih dua metode pembelajaran yang inovatif, yang juga dapat dibandingkan dengan metode ceramah) 
  2. Karakteristik siswa yang dipilih adalah gaya belajar siswa, yang dibatasi pada gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan gaya belajar kinestetik. (Seharusnya ada alasan mengapa karakteristik yang dipilih adalah gaya belajar) 
  3. Penelitian dilakukan pada SMP/MTs di Kabupaten Barito Selatan kelas VIII Tahun pelajaran 2010/2011. 
  4. Pokok bahasan yang dipilih adalah persamaan linear dua variabel dan penggunaannya dalam pemecahan masalah (Seharusnya ada alasan mengapa pokok bahasan tersebut yang dipilih) 
  5. Prestasi belajar matematika dibatasi pada prestasi belajar pada pokok bahasan persamaan linear dua variabel dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. 
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut maka dapat disusun perumusan masalah sebagai berikut:
  1. Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw atau metode ceramah? 
  2. Manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik, siswa dengan gaya belajar visual, auditorial, atau kinestetik? 
  3. Pada siswa dengan gaya belajar visual, manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw atau metode ceramah? 
  4. Pada siswa dengan gaya belajar auditorial, manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw atau metode ceramah? 
  5. Pada siswa dengan gaya belajar kinestetik, manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw atau metode ceramah? (Anda bisa menggabungkan rumusan masalah nomor 3, 4, dan 5 menjadi satu rumusan masalah sebagai berikut: Pada masing-masing gaya belajar, manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw atau metode ceramah? Anda juga bisa menambahkan rumusan masalah yang lain yang menyangkut pembandingah gaya belajar pada masing-masing metode) 
F. Tujuan Penelitian
G. Manfaat Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Hakekat Pembelajaran Matematika
(Ketika berbicara masalah pembelajaran, anda harus mengacu kepada teori belajar yang baru, yaitu teori belajar menurut faham konstruktivisme)
2. Prestasi Belajar Matematika
3. Metode Pembelajaran Matematika
a. Metode Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
(Perlu dituliskan definisi metode kooperatif jigsaw setelah melakukan kajian teori, kekuatan dan kelemahan metode jigsaw, beserta sintaks untuk metode jigsaw, sebagai pedoman untuk pembuatan RPP. Definisi operasional variabel pada Bab III harus mengacu kepada teori di Bab II)
b. Metode Ceramah (Perlu dituliskan definisi metode ceramah setelah melalui kajian teori, kekuatan dan kelemahan metode ceramah, beserta sintaks untuk metode ceramah, sebagai pedoman untuk pembuatan RPP. Definisi operasional variabel pada Bab III harus mengacu kepada teori di Bab II)
3. Gaya Belajar
a. Gaya Belajar Visual
b. Gaya Belajar Audotorial
c. Gaya Belajar Kinestetik
(Perlu dituliskan definisi masing-masing gaya belajar beserta indikator atau karakteristiknya, setelah melakukan kajian teori, sebagai pedoman pembuatan instrumen. Sebaiknya menggunakan minimal 3 referensi untuk melakukan kajian teori)
B. Penelitian Yang Relevan
(perlu dituliskan hasil penelitian yang relevan, dari penelitian terbaru, harus ada yang dari artikel jurnal internasional, paling lama 3 tahun. Untuk S1 minimal 2 artikel jurnal internasional, untuk S2 minimal 5 artikel jurnal internasional)
C. Kerangka Berpikir
1. Efektivitas Metode Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Keunggulan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran teman lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain, meningkatkan kerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Berbeda dengan pembelajaran menggunakan metode ceramah yang didominasi oleh guru yang menekankan pada sampainya informasi pembelajaran kepada siswa yang telah dipersiapkan guru sebelumnya, pada metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa aktif berdiskusi dengan teman kelompoknya di bawah bimbingan guru, melalui interaksi intensif dengan teman sebaya dalam kelompok memungkinkan siswa mengeksplorasi kemampuannya tanpa sungkan jika dibandingkan harus langsung bertanya kepada guru dan suasana belajar menjadi dinamis. Pada pembelajaran dengan metode ceramah, guru menyampaikan materi dengan rinci dan cenderung monoton dan komunikasi satu arah sehingga siswa mudah merasa bosan dan jenuh. Siswa dalam belajar bertindak pasif tanpa adanya kesempatan menemukan konsep sendiri yang menyebabkan pengetahuan yang diperoleh mudah terlupakan. Dengan memberikan kebebasan kepada siswa untuk meng-eksplorasi kemampuannya melalui diskusi, metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw akan lebih efektif daripada metode ceramah dalam mempelajari matematika.
2. Pembandingan antara Gaya Belajar Visual, Auditorial, dan Kinestetik Berdasarkan kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi, maka gaya belajar individu dapat dibagi dalam 3 (tiga) kategori. Ketiga kategori tersebut adalah gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik yang ditandai dengan ciri-ciri perilaku tertentu. Setiap individu memiliki akses ke ketiga modalitas gaya belajar tersebut. Pengkategorian hanya menyatakan dominannya gaya belajar yang dimiliki oleh individu, sehingga jika ia mendapatkan rangsangan yang sesuai dalam belajar maka akan memudahkannya untuk menyerap pelajaran. Siswa yang bergaya belajar auditorial akan lebih mudah belajar melalui pendengaran; siswa yang bergaya belajar visual akan lebih mudah belajar melalui penglihatan; sedangkan siswa yang bergaya belajar kinestetik akan lebih mudah belajar dengan jalan bergerak, menyentuh dan melakukan. Berdasarkan hal tersebut, prestasi belajar matematika siswa dengan gaya belajar visual lebih baik daripada yang bergaya belajar auditorial, siswa dengan gaya belajar auditorial lebih baik dari siswa dengan gaya belajar kinestetik.
3. Efektivitas Metode Pembelajaran Jigsaw ditinjau dari Gaya Belajar Siswa Adanya perbedaan pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan ceramah pada siswa dengan gaya belajar yang berbeda tentunya akan memberikan efek yang berbeda pada prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki gaya belajar visual dan auditorial akan lebih mudah belajar menggunakan metode ceramah daripada metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, sedangkan siswa yang bergaya belajar kinestetik akan lebih mudah belajar menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw daripada ceramah. Berdasarkan hal tersebut, maka:
  • Siswa yang memiliki gaya belajar visual mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik bila diajar menggunakan metode ceramah daripada metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. 
  • Siswa yang memiliki gaya belajar auditorial mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik bila diajar menggunakan metode ceramah daripada metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. 
  • Siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik bila diajar menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw daripada metode ceramah. 
D. Hipotesis
Dari uraian pada kerangka berpikir di atas, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
  1. Pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada pembelajaran menggunakan metode ceramah. 
  2. Prestasi belajar matematika siswa dengan gaya belajar visual lebih baik daripada siswa yang bergaya belajar auditorial, siswa dengan gaya belajar auditorial mempunyai prestasi yang lebih baik daripada siswa dengan gaya belajar kinestetik. 
  3. Siswa yang memiliki gaya belajar visual mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik bila diajar menggunakan metode ceramah daripada metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. 
  4. Siswa yang memiliki gaya belajar auditorial mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik bila diajar menggunakan metode ceramah daripada metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
  5. Siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik bila diajar menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw daripada metode ceramah. Perlu diingat harus ada koherensi (keselarasan) antara rumusan masalah, kerangka berpikir, dan hipotesis. 
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di SMP di wilayah Kabupaten Barito Selatan Provinsi Kalimantan Tengah.
2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil yakni pada bulan Juli 2010 sampai Januari 2011.

B. Jenis, Rancangan, dan Prosedur Penelitian
1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah merupakan penelitian eksperimental semu. (tuliskan definisi dan ciri-cirinya dari sumber-sumber yang kredibel)
2. Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan faktorial 2 x 3. Adapun desain yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1: Rancangan Penelitian Gaya Belajar (B) Metode Pembelajaran (A) Visual (b1) Auditorial (b2) Kinestik (b3) Metode Jigsaw (a1) (ab)11 (ab)12 (ab)13 Metode Ceramah (a2) (ab)21 (ab)22 (ab)23

3. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan dengan urutan kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:
a. Menentukan populasi dan mempelajari karakteristik populasi.
b. Mengambil secara random sekolah dan kelas yang akan digunakan untuk penelitian dan kelas untuk uji coba instrumen.
c. Mengambil nilai kemampuan awal untuk uji keseimbangan.
d. Melakukan uji keseimbangan.
e. Melakukan uji coba untuk instrumen gaya belajar.
f. Mengambil data gaya belajar.
g. Memberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan menggu-nakan metode jigsaw pada kelas eksperimen dan metode ceramah untuk kelas kontrol.
h. Melakukan uji coba untuk tes prestasi belajar.
i. Mengukur prestasi hasil belajar siswa dengan menggunakan soal-soal tes prestasi belajar yang sama untuk kedua kelompok.

C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP di Kabupaten Barito Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011. (Anda seharusnya menuliskan berapa banyak SMP di Kabupaten Barito Selatan dan menuliskan seluruh SMP di Kabupaten Barito Selatan, pada lampiran)
2. Sampel Penelitian Sampel diambil dengan teknik area cluster random sampling. Dalam hal ini SMP yang ada di Kabupaten Barito Selatan dikelompokkan berdasarkan wilayah, yaitu wilayah dalam kota kabupaten dan wilayah luar kota kabupaten. (Anda harus menyebutkan SMP mana yang berada di wilayah dalam kota kabupaten dan SMP mana yang berada di luar kota kabupaten. Disarankan Anda tidak menggunakan wilayah, tetapi peringkat sekolah) Dari masing-masing wilayah diambil secara random dua sekolah, sehingga akan diperoleh 4 sekolah. Dari masing-masing sekolah diambil dua kelas VIII, kelas pertama sebagai kelompok eksperimen dan kelas kedua sebagai kelompok kontrol. (Anda dapat menggunakan stratified cluster random sampling, dengan mengelompokkan SMP-SMP pada populasi berdasar peringkat-nya, yaitu peringkat tinggi, sedang, dan rendah)

D. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian Pada penelitian ini terdapat dua variabel bebas dan satu variabel terikat, yaitu :
a. Variabel Bebas
1) Metode Pembelajaran
a) Definisi Operasional: Metode pembelajaran adalah cara-cara yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa, yakni metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk kelas eksperimen dan metode ceramah untuk kelas kontrol. (Ini harus sesuai dengan yang ditulis di Bab II)
b) Skala Pengukuran : Nominal
c) Simbol : A dengan kategori a1 dan a2.

2) Gaya Belajar
a) Definisi Operasional: Gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, mengatur serta mengolah informasi (Ini harus sesuai dengan yang ditulis di Bab II).
b) Klasifikasi: Gaya belajar siswa dikelompokkan menjadi gaya belajar visual, auditif dan kinestik.
c) Skala Pengukuran : Nominal dengan tiga kategori, yaitu visual, kinestetik dan audotorial. Cara memperoleh gaya belajar adalah dengan memberikan angket gaya belajar dalam tiga bagian, bagian I untuk gaya belajar visual, bagian II untuk gaya belajar auditorial dan bagian III untuk gaya belajar kinestetik. Gaya belajar ditentukan dari skor tertinggi yang didapat dari antara tiga bagian pertanyaan tersebut. Jika terdapat skor yang sama, maka penentuan gaya belajar ditetapkan dengan melihat dari bagian pertanyaan yang mana yang pilihan jawabannya banyak memilih jawaban “selalu” dan “sering”. (Perlu dicamkan ada cara yang berbeda, jika misalnya mengelompokkan motivasi menjadi motivasi tinggi, sedang, dan rendah)
d) Simbol : B dengan kategori b1, b2 dan b3. b. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar matematika siswa, yang datanya diambil dari hasil tes prestasi belajar matematika materi pokok sistem persamaan linear dua variabel.
1) Definisi Operasional: Prestasi belajar matematika adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar matematika
2) Indikator : Nilai tes prestasi hasil belajar matematika
3) Skala Pengukuran : Interval
4) Simbol : ab (definisi-definisi operasional ini harus sesuai dengan uraian di Bab II)

2. Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu:
a. Metode Dokumentasi Pada penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data kemampuan awal siswa berupa nilai rapor kenaikan kelas mata pelajaran matematika siswa yang menjadi sampel, yang digunakan untuk menguji keseimbangan kemam-puan awal siswa.
b. Metode Angket Metode angket digunakan untuk mengumpulkan data gaya belajar siswa. Gaya belajar siswa diperoleh dengan melihat jumlah skor untuk masing-masing bagian pertanyaan, gaya belajar siswa merupakan jumlah skor paling besar diantara ketiga bagian pertanyaan yang dijawab oleh siswa tersebut dan jika ada dua skor yang sama maka penentuan gaya belajar siswa dilihat dari banyaknya siswa tersebut memberikan jawaban selalu dan sering pada angket
c. Metode Tes Untuk mengumpulkan data prestasi belajar siswa digunakan metode tes dengan soal tes berbentuk pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban. (Anda perlu mendefinisikan terlebih dulu masing-masing metode yang Anda sebutkan dari referensi yang kredibel)

E. Uji Coba Instrumen
Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen penelitian yang berupa soal-soal tes prestasi belajar matematika dan angket gaya belajar siswa diujicobakan lebih dulu untuk melihat kelayakannya.
1. Tes
a. Uji Validitas Isi
(Definisikan dulu validitas dari referensi kredibel) Suatu instrumen dikatakan valid menurut validitas isi apabila isi instrumen tersebut telah merupakan sampel yang representatif dari keseluruhan isi hal yang seharusnya diukur. Untuk melakukan validasi isi, dilakukan penilaian oleh pakar. Dalam hal ini para pakar (subject mater expert) diminta untuk menilai:
(1) apakah kisi-kisi telah mewakili isi (substansi) yang akan diukur, dan
(2) apakah butir-butir soal telah memenuhi kisi-kisi yang ditentukan.

b. Uji Reliabilitas
(Definisikan dulu reliabilitas dari referensi kredibel) Untuk mengetahui koefisien reliabilitas digunakan rumus KR-20 sebagai berikut. , dengan Pada penelitian ini, tes dikatakan reliabel jika
c. Tingkat Kesukaran
(Definisikan dulu tingkat kesukaran dan indeks tingkat kesukaran dari referensi kredibel) Untuk menentukan tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan rumus sebagai berikut. dengan :
P = Indeks Kesukaran B = Banyak peserta tes yang menjawab soal benar Js = Jumlah seluruh peserta tes Dalam penelitian ini, butir soal dianggap mempunyai indeks kesukaran yang baik, jika
d. Daya Pembeda
(Definisikan dulu daya pembeda dan indeks daya pembeda dari referensi kredibel) Pada penelitian ini, rumus yang digunakan untuk mencari indeks daya pembeda adalah rumus korelasi produk dari Karl Pearson sebagai berikut. dengan : = Indeks daya pembeda untuk butir tes ke-i = banyaknya subjek yang dikenai tes (instrumen) = skor untuk butir ke-i (dari subjek uji coba) = total skor (dari subjek uji coba) Jika indeks daya beda untuk butir ke-i kurang dari 0,3 maka butir saoal tersebut harus dibuang. (Anda bisa mengambil rumus yang lain untuk menghitung indeks daya pembeda)
e. Berfungsinya Pengecoh
(jika diperlukan) (tulis sendiri)

2. Angket
Untuk mengetahui modalitas belajar atau gaya belajar siswa dilakukan dengan angket yang terdiri dari tiga bagian pertanyaan Bagian I (Gaya Belajar Visual), Bagian II (Gaya Belajar Auditotial), Bagian III (Gaya Belajar Kinestetik), oleh sebab itu validitas, reliabilitas dan konsistensi internal dianalisis berdasarkan masing-masing gaya belajar. (Perhatikan bahwa angket gaya belajar adalah angket untuk melakukan klasifikasi, bukan angket untuk menentukan kadar sesuatu, misalnya angket untuk mengukur motivasi. Untuk angket motivasi, misalnya, tidak dilakukan analisis bagian per bagian, tetapi secara keseluruhan)
a. Uji Validitas Isi
Validitas isi dari angket yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan oleh para pakar, seperti halnya pada tes.
b. Uji Reliabilitas
Untuk melihat koefisien reliabilitas pada angket, digunakan rumus Cronbach Alpha sebagai berikut. , dengan: = indeks reliabilitas instrumen = banyaknya butir instrumen = variansi belahan ke-i, i = 1, 2, ...,k (k n) atau variansi butir ke-i, i = 1, 2, 3, .., n = variansi skor-skor yang diperoleh subjek uji coba Pada penelitian ini, angket disebut reliabel jika r11 ≥ 0,7.
c. Konsistensi Internal
(Daya Pembeda Angket) Konsistensi internal masing-masing butir dilihat dari korelasi butir-butir tersebut dengan skor totalnya. Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi produk dari Karl Pearson sebagai berikut : , dengan : = Indeks Konsistensi Internal untuk butir tes ke-i = banyaknya subjek yang dikenai tes (instrumen) = skor untuk butir ke-i (dari subjek uji coba) = total skor (dari subjek uji coba) Jika indeks konsistensi internal untuk butir ke-i kurang dari 0,3 maka butir tersebut harus dibuang. (Perhatikan bahwa Anda harus mencantumkan referensi yang memadai untuk menuliskan rumus-rumus dan nilai ambangnya pada Uji Coba Instrumen ini).

F. Uji Keseimbangan
Untuk melakukan uji keseimbangan, digunakan uji t. Sebelum uji t digunakan, dilakukan uji persyaratan untuk uji t, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. (harus dituliskan rumus-rumus uji statistiknya)
G. Teknik Analisis Data
Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. Sebelum anava dikenakan, dilakukan uji persyaratan untuk anava yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Jika diperlukan uji lanjut, maka akan digunakan uji Scheffe. (harus dituliskan rumus-rumus uji statistiknya)

DAFTAR PUSTAKA 
Adrian. 2004. Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Belajar Siswa. Diambil dari http://re-searchengines.com/art05-65.html pada tanggal 25 Juni 2010
A. R. As’ari. 2000, Peningkatan Mutu Pendidikan Matematika Makalah disajikan pada Seminar Nasional Peningkatan Kualitas Pendidikan Matematika pada Pendidikan Dasar, Malang: UM Malang.
Budiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press. dst. (Untuk S1 harus memuat paling sedikit 2 artikel dari jurnal internasional, untuk S2 harus memuat paling sedikit 5 artikel dari jurnal internasional, paling tua 3 tahun)

**** Perhatikan bahwa ini adalah sebuah contoh. Bukan untuk ditiru.

By : Prof. Budiyono

dipostkan oleh Bintang Wicaksono.
Yang butuh File nya bisa dibuka Link dibawah ini..

http://www.ziddu.com/download/17270151/Contoh_proposal_singkat_penelitian_eksperimental.doc.html

1 komentar:

  1. hem.....makasi buad tulisannya.....
    coba ditambahin indikator gaya belajar dalam penelitian itu dasar teorinya ada gag buat yg matematika....kebanyakan selaen matematika
    apalagi fotonya yg paling tengah...hehe....

    BalasHapus